KEPERCAYAAN, RITUAL DAN PANDANGAN HIDUP ORANG JAWA
Sabtu, 11 Mei 2013
PENDAHULUAN
Jangan
melupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia yang menyimpan
banyak hal menarik. Hingga banyak peneliti terkemuka berupaya
mengetahui sejarah dan budaya yang ada. Contoh saja suku jawa dan segala
peradaban yang berkembang di dalamnya. Namun aneh, jika seseorang yang
mengaku dirinya orang jawa merasa “pekewuh” jika dijadikan objek
penelitian. Ada beberapa alasan yang mendasar, mengapa kita perlu
mengetahui budaya jawa.
Pertama,
seperti modern ini yaitu keterasingan masyarakat jawa terhadap
nilai-nilai yang ada pada jawa itu sendiri. Tidak wajar jika kita tahu
tentang dunia yang luas ini dengan segala hiruk-pikuknya namun kita
melupakan kearifan dan kehalusan jawa.
Kedua,
lebih bersifat teoritis, etika falsafi masa kini hampir secara
eksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral, bukan
penghayatan pada suatu sistem dari yang cukup berbeda akan dapat
membantu memecahkan masalah pada masa sekarang.
Kepercayaan
dan pandangan hidup orang jawa, merupakan sebuah tema menarik yang
perlu dikaji karena memuat banyak hal yang kurang diperhatikan akan
tetapi nilai pandangan hidup ini dianggap sebagai kebudayaan asing yang
kita adopsi dari agama, suku atau bahkan bangsa lain.
Dalam
masyarakat jawa umumnya ada juga kebiasaan-kebiasaan yang sering
dilakukan terutama pada masyarakat islam khususnya. Hal ini tidak lepas
dari peran agama yang di anut oleh masyarakat jawa itu sendiri,
tradisi-tradisi itu di pertahankan karena sudah terinternalisasi dari
nenek moyang pada jaman dahulu ketika ajaran islam belum masuk.
II. RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memfokuskan pembahasan tema kali ini, maka kami buat rumusan masalah.
1. apa dan bagaimana kepercayaan orang jawa ?
2. bagaimana pandangan hidup orang jawa ?
3. ritual apa saja yang ada dalam masyarakat jawa ?
III. PEMBAHASAN
A.Kepercayaan orang jawa
“kepercayaan”
berasal dari kata “percaya” adalah gerakan hati dalam menerima sesuatu
yang logis dan bukan logis tanpa suatu beban atau keraguan sama sekali
kepercayaan ini bersifat murni. Kata ini mempunyai kesamaan arti dengan
keyakinan dan agama akan tetapi memiliki arti yang sangat luas.
Kepercayaan-kepercayaan
dari agama hindu, budha, maupun kepercayaan dinamisme dan animisme
itulah yang dalam proses perkembangan islam berinterelasi dengan
kepercayaan-kepercayaan dalam islam.
“orang
jawa” adalah orang yang berpenduduk asli jawa tengah dan jawa timur
yang berbahasa jawa atau orang yang bahasa ibunya adalah bahasa jawa.
Membahas
mengenai kepercayaan orang jawa sangatlah luas dan meliputi berbagai
aspek yang bersifat magic atau ghaib yang jauh dari jangkauan kekuatan
dan kekuasaan mereka. Masyarakat jawa jauh sebelum agama-agama masuk,
mereka sudah meyakini adanya tuhan yang maha esa dengan berbagai sebutan
diantaranya adalah “gusti kang murbeng dumadi” atau tuhan yang maha
kuasa yang dalam seluruh proses kehidupan orang jawa pada waktu itu
selalu berorientasi pada tuhan yang maha esa. Jadi, orang jawa telah
mengenal dan mengakui adanya tuhan jauh sebelum agama masuk ke jawa
ribuan tahun yang lalu dan sudah menjadi tradisi sampai saat ini yaitu
agama kejawen yang merupakan tatanan “pugaraning urip” atau tatanan
hidup berdasarkan pada budi pekerti yang luhur.
Keyakinan
terhadap tuhan yang maha esa pada tradisi jawa diwujudkan berdasarkan
pada sesuatu yang nyata, riil atau kesunyatan yang kemudian
direalisasikan pada tata cara hidup dan aturan positif dalam kehidupan
masyarakat jawa, agar hidup selalu berlangsung dengan baik dan
bertanggung jawab
Kejawen
adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang
terutama yang dianut di pulau jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap
di jawa.
Agama
kejawen sebenarnya adalah nama sebuah kelompok kepercayaan-kepercayaan
yang mirip satu sama lain dan bukan sebuah agama yang terorganisir
seperti agama islam atau agama kristen.
Ciri
khas dari agama kejawen adalah adanya perpaduan antara animisme, agama
hindu dan budha. Namun pengaruh agama islam dan agama kristen. Nampak
bahwa agama ini adalah sebuah kepercayaan sinkretisme.
Pengamatan
Geetz tentang mojokuto terkait profesi penduduk setempat. Penggolongan
penduduk menurut pandangan masyarakat mojokuto berdasarkan kepercayaan,
profesi, etnis dan pandangan politik dan di temukannya tiga inti
struktur sosial yakni desa, pasar dan birokrasi pemerintah yang
mencerminkan tiga tipe kebudayaan abangan, santri dan priyayi.
1. Varian Abangan
Struktur
sosial desa biasanya diasosiasikan kepada para petani, pengrajin dan
buruh kecil yang penuh dengan tradisi animisme upacara slametan,
kepercayaan terhadap makhluk halus, tradisi pengobatan, sihir dan
menunjuk kepada seluruh tradisi keagamaan abangan
Bagi
sistem keagamaan jawa slametan, merupakan hasil tradisi yang menjadi
perlambang kesatuan mistis dan sosial di mana mereka berkumpul dalam
satu meja menghadirkan semua yang hadir dan ruh yang gaib untuk memenuhi
setiap hajat orang atas suatu kejadian yang ingin diperingati, ditebus
atau dikuduskan.
Dalam
tradisi slametan dikenal adanya siklus slametan : 1) yang berkisar
krisis kehidupan 2) yang berhubungan dengan pola hari besar islam namun
mengikuti penanggalan jawa 3) yang terkait dengan intregasi desa 4)
slametan untuk kejadian yang luar biasa yang ingin dislameti. Kesemuanya
betapa slametan menempati setiap proses kehidupan dunia abangan.
Slametan berimplikasi pada tingkah laku social dan memunculkan
keseimbangan emosional individu karena telah dislameti.
2. Varian Santri
Mojokuto
yang berdiri pada pertengahan akhir abad ke-19, jamaah muslimnya
terkristal dalam latar abangan yang umum. Sementara mereka yang terdiri
dari kelas pedagang dan banyak petani muncul dari utara jawa memunculkan
varian santri. Perbedaan yang mencolok antara abangan dan santri adalah
jika abangan tidak acuh terhadap doktrin dan terpesona pada upacara.
Sementara santri lebih memiliki perhatian terhadap doktrin dan
mengalahkan aspek ritual islam yang menipis.
Untuk
mempertahankan doktrin santri, mereka mengembangkan pola pendidikan
yang khusus dan terus menerus. Di antaranya pondok (pola santri
tradisional), langgar dan masjid (komunitas santri lokal), kelompok
tarekat (mistik islam tradisional) dan sistem sekolah yang diperkenalkan
oleh gerakan modernis. Kemudian memunculkan varian pendidikan baru dan
upaya santri memasukan pelajaran doktrin padasekolah negeri.
3. Varian Priyayi
Dalam
kebudayaan jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan satu
kelas sosial yang mengacu kepada golongan bangsawan. Suatu golongan
tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga
kerajaan.
Kelompok
ini menunjuk pada elemen hinduisme lanjutan dari tradisi keraton
hindu-jawa. Sebagai halnya keraton, maka priyayi lebih menekankan pada
kekuatan sopan santun yang halus, seni tinggi dan mistisme intuitif dan
potensi sosialnya yang memenuhi kebutuhan kolonial Belanda untuk mengisi
birokrasi pemerintahannya.
Kepercayaan-kepercayaan
religius para abangan merupakan campuran khas penyembahan unsur-unsur
alamiah secara animis yang berakar dalam agama-agama hinduisme yang
semuanya telah ditumpangi oleh ajaran islam.
B. Pandangan hidup orang jawa
Yang
di maksud pandangan hiduporang jawa adalah pandangan secara keseluruhan
dari semua keyakinan deskriptif tentang realita kehidupan yang dihadapi
oleh manusia sangat bermakna dan diperoleh dari berbagai pengalaman
hidup.
Berdasarkan
hasil penelitian parsudi suparlan di suriname (1976) bahwa orang jawa
berprinsip “sangkan paraning dumadi” (dari mana manusia berasal, apa dan
siapa dia pada masa kini dan kemana arah tujuan hidup yang dijalani dan
ditujunya).
Prinsip ini menyangkut dua hal, yaitu konsep eksistensi manusia di dunia dan konsep tempat manusia di dunia.
Masyarakat
jawa dengan segala pandangan hidupnya memiliki karakteristik budaya
yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pada garis besarnya
pandangan hidup orang jawa dapat dibedakan menjadi du bagian yaitu
pandangan lahir dan pandangan batin. Pandangan lahir terkait dengan
kedudukan seseorang sebagai makhluk individu dan sosial, sedangkan
pandangan batin berkaitan dengan kedudukan seseorang sebagai makhluk
individu dan sosial. Dalam hal ini pandangan jawa memiliki kaidah-kaidah
yang di identifikasikan berdasarkan ungkapan-ungkapan budaya sebagai
pengejawantahan nilai-nilai budaya yang didukung oleh masyarakatnya.
Sebaliknya, pandangan batin terkait dengan persoalan-persoalan yang
bersifat supranatural akan tetapi menduduki tempat yang penting dalam
sistem budaya jawa.
Terdapat
system yang menuntut untuk meminimalisasi kepentingan-kepentingan yang
bersifat individu, hal tersebut didasarkan pada semangat komunal akan
tetapi secara individu, seseorang di tuntut untuk memiliki kepercayaan
yang kuat serta tekad dalam memperjuangkan hidup (jujur da nerimo).
Ungkapan diatas merupakan kristalisasi atau bahan untuk membaca semangat
hidup agar mampu menempatkan diri sebagai individu guna menjaga
keberadaan kehidupan.
Secara
sosial, orang jawa memiliki orientasi utama yaitu dengan menciptakan
sikap yang mulia terhadap orang lain. Untuk menciptakan hal tersebut
banyak orang jawa yang menghindari sikap adigang adigung, adiguna sre
dengki, panas elen, wedi isin, eling lan waspodo, serta menciptakan
hubungan sosial yang harmoni. Dalam hal ini melibatkan norma social
seperti rukun. Tepo sliro, jujur, andap ashor dan sebagainya.
Sebenarnya
tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan tersebut
diwujudkan sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pandang, tempat
tinggal aman dan tenteram. Hubungan masyarakat jawa adalah
pengejawantahan yang lebih lanjut dari manusia didalam keluarga.
Sedangkan hubungan dikeluarganya adalah pengejawantahan dari hubungan
manusia sebagai pribadi dan orang lain.
C. Ritual masyarakat jawa
Sejak
jaman awal islam, banyak sekali tradisi-tradisi yang dibirkan berlanjut
tapi spirit (jiwa dan semangatnya) diubah atau disesuaikan dengan
nilai-nilai islam, seperti tata cara perkawinan masyarakat Arab
pra-islam banyak yang dilestarikan sekaligus diislamkan bagian intinya.
Ini yang oleh sementara ahli antrophologi budaya disebut sebagai
“islamisasi tradisi” atau “islamisasi budaya”
Dalam
masyarakat jawa ada ritual atau tradisi yang dipertahankan misalnya
dalam agama islam sendiri terdapat tradisi-tradisi seperti tahlilan,
ziarah kubur, haul dan sebagainya. Kegiatan tersebut tidak lepas dari
kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh sebagian masyarakat jawa
khususnya masyarakat yang beragama islam.
Ø Tahlilan di lingkungan masyarakat islam
Tahlil
itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca
kalimah la ilaha illallah. Di masyarakat jawa sendiri berkembang
pemahaman bahwa setiap ada pertemuan yang ada di dalamnya dibaca kalimah
itu biasanya dilakukan di masjid, mushola, rumah, atau lapangan.
Ø Ziarah kubur atau mengunjungi makam
Kebiasaan
yang masih banyak kita lihat dan masih dipertahankan oleh masyarakat
islam jawa adalah ziarah kubur. Sudah menjadi pemandangan umum di
masyarakat kalau tidak kamis sore kadang jumat pagi.
Hal ini dilakukan karena sejak agama islam belum masuk ke jawa
masyarakat jawa pun melakukan ziarah kubur namun masih dalam kepercayaan
hindu-budha.
Ø Haul
Kata
“haul” berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul
berarti peringatan genap satu tahun. Biasanya peringatan-peringatan
seperti ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat islam jawa, gema haul
akan lebih terasa dahsyat apabila yang meninggal itu seorang tokoh
kharismatik, ulama besar atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian
acaranya biasanya dapat bervariasi , adapengajian, tahlil akbar,
mujahadah, musyawarah.
IV. KESIMPULAN
Sebelum
agama-agama masuk beribu-ribu tahun lalu orang jawa mempercayai adanya
tuhan yang diwujudkan melalui hal-hal yang nyata yang disebut agama
kejawen yaitu perpaduan antara animisme, agama hindu dan budha. Namun
pengaruh agama islam dan agama kristen, nampak agama ini adalah sebuah
kepercayaan sinkretisme.
Secara
garis besar, orang jawa mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai
kebahagiaan lahir dan batin melalui tepo seliro, unggah ungguhnya,
menghormati orang lain dan selalu hidup berdampingan demi tercapainya
tatanan masyarakat yang harmonis.
http://ikper.blogspot.com/2013/05/kepercayaan-ritual-dan-pandangan-hidup.html
0 komentar: